Hutan tropis yang sangat luas beserta keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya merupakan sumber daya alam Indonesia yang tak ternilai harganya. Saat ini sekitar 9.600 spesies diketahui berkhasiat obat, namun baru sekitar 200 spesies yang telah dimanfaatkan sebagai bahan baku pada industri obat tradisional dan dari jumlah tersebut baru sekitar 4% yang dibudidayakan.
Penggunaan bahan alam sebagai obat (biofarmaka) cenderung mengalami peningkatan dengan adanya isu back to nature
dan krisis ekonomi yang mengakibatkan turunnya daya beli masyarakat
terhadap obat-obat modern yang relatif lebih mahal harganya. Obat dari
bahan alam juga dianggap hampir tidak memiliki efek samping yang
membahayakan.
Salah satu upaya pemerintah melalui Ditjen POM dalam rangka mendukung pengembangan agroindustri tanaman obat Indonesia adalah dengan menetapkan 13 komoditi unggulan tumbuhan obat yaitu : temulawak, jati belanda, sambiloto, mengkudu, pegagan, daun ungu, sanrego, pasak bumi, daun jinten, kencur, pala, jambu mete dan tempuyung dengan pertimbangan bahwa komoditi tersebut memiliki nilai ekonomi tinggi, mempunyai peluang pasar dan potensi produksi yang tinggi serta berpeluang dalam pengembangan teknologi. Peluang pengembangan obat tradisional Indonesia masih terbuka lebar karena permintaan pasar yang terus meningkat seiring dengan laju pertambahan penduduk Indonesia yang tinggi dan menyadari mahalnya obat sintetik saat ini.
Hasil-hasil
industri agromedisin asli Indonesia berupa bahan baku dalam bentuk
simplisia dan minyak atsiri telah banyak dimanfaatkan oleh banyak negara
maju sebagai bahan baku untuk berbagai tujuan penggunaan seperti herbal medicine, food supplement, kosmetik dan parfum.
Potensi
tumbuhan obat asli Indonesia dapat terlihat dari kontribusinya pada
produksi obat dunia. Sebagai contoh dari 45 macam obat penting yang
diproduksi oleh Amerika Serikat yang berasal dari tumbuhan obat tropika,
14 spesies di antaranya berasal dari Indonesia di antaranya tapak dara
penghasil senyawa vinblastin yang berkhasiat sebagai obat anti kanker
dan pule pandak penghasil senyawa reserpin yang berkhasiat sebagai obat
hipertensi.
Obat
bahan alami atau biofarmaka Indonesia dapat dikelompokkan menjadi tiga
yaitu jamu yang merupakan ramuan tradisional yang belum teruji secara
klinis, obat herbal terstandar yaitu obat tradisional yang sudah
melewati tahap uji pra klinis dengan hewan uji, dan fitofarmaka yaitu
obat tradisional yang sudah melewati uji praklinis dan klinis
(diterapkan pada manusia).
Jenis Tanaman Berkhasiat Obat
Beberapa Jenis Tanaman Berkhasiat Obat
Tanaman
obat atau biofarmaka didefinisikan sebagai jenis tanaman yang sebagian,
seluruh tanaman dan atau eksudat tanaman tersebut digunakan sebagai
obat, bahan atau ramuan obat-obatan. Eksudat tanaman adalah isi sel yang
secara spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu sengaja
dikeluarkan dari selnya. Eksudat tanaman dapat berupa zat-zat atau
bahan-bahan nabati lainnya yang dengan cara tertentu
dipisahkan/diisolasi dari tanamannya.
Tanaman obat pada umumnya memiliki bagian-bagian tertentu yang digunakan sebagai obat, yaitu :
- Akar (radix) misalnya pacar air dan cempaka.
- Rimpang (rhizome) misalnya kunyit, jahe, temulawak
- Umbi (tuber) misalnya bawang merah, bawang putih, teki
- Bunga (flos) misalnya jagung, piretri dan cengkih
- Buah (fruktus) misalnya delima, kapulaga dan mahkota dewa
- Biji (semen) misalnya saga, pinang, jamblang dan pala
- Kayu (lignum) misalnya secang, bidara laut dan cendana jenggi
- Kulit kayu (cortex) misalnya pule, kayu manis dan pulosari
- Batang (cauli) misalnya kayu putih, turi, brotowali
- Daun (folia) misalnya saga, landep, miana, ketepeng, pegagan dan sembung
- Seluruh tanaman (herba) misalnya sambiloto, patikan kebo dan meniran
Salah
satu prinsip kerja obat tradisional adalah proses (reaksinya) yang
lambat (namun bersifat konstruktif), tidak seperti obat kimia yang bisa
langsung bereaksi (tapi bersifat destruktif/merusak). Hal ini karena
obat tradisional bukan senyawa aktif. Obat tradisional berasal dari
bagian tanaman obat yang diiris, dikeringkan, dan dihancurkan. Jika
ingin mendapatkan senyawa yang dapat digunakan secara aman, tanaman obat
harus melalui proses ekstraksi, kemudian dipisahkan, dimurnikan secara
fisik dan kimiawi (di-fraksinasi). Tentu saja proses tersebut
membutuhkan bahan baku dalam jumlah yang sangat banyak.
Tanaman
obat adalah laboratorium farmasi terlengkap. Di dalam tubuh tanaman
tersimpan lebih dari 10.000 senyawa organik yang berkhasiat obat. Hasil
metabolit sekunder yang aslinya bersifat toksik diisolasi dan diubah
oleh industri farmasi menjadi obat bagi manusia. Senyawa aktif yang
berhasil diisolasi lalu diidentifikasi, diteliti penyusunnya, cara kerja
dan struktur molekulnya, setelah berhasil barulah dibuat sintetisnya di
laboraturium.
Beberapa senyawa aktif bersumber dari tanaman yang berkhasiat obat di antaranya adalah :
- Vincristine dan vinblastine dari tanaman tapak dara (Catharanthus roseus) menghambat pembelahan mitosis sel kanker.
- Aspirin atau asam asetilsalisilat (asetosal) berasal dari pemanasan kayu pohon willow putih (Salix alba) yang berkhasiat sebagai analgesik (meredakan rasa sakit), antipiretik (meredakan demam) dan anti inflamasi.
- Quinine diisolasi dari kulit kayu tanaman kina (Chinchona officinalis) menhambat sel parasit malaria.
- Digoxin berasal dari tanaman Digitalis lanata untuk meningkatkan kemampuan memompa jantung.
- Campthothecin berasal dari tanaman Camptotheca acuminata yang bekerja menghambat pembelahan sel tumor sekaligus membunuhnya.
- Morfin berasal dari getah bunga opium (Papaver somnifera) berguna sebagai analgesik (pereda rasa sakit) dan sedatif (penenang).
- Atropin sebagian besar diekstrak dari tanaman anggota keluarga Solanaceae antara lain Atropa belladona dan kecubung (Datura metel) digunakan sebagai anastesi, penghilang rasa sakit dan terapi untuk penderita insomnia.
Keunggulan Obat Tradisional
- Jika penggunaannya benar, obat tradisional atau tanaman obat tidak memiliki efek samping. Kalaupun ada, efek sampingnya relatif kecil.
- Tanaman obat sangat efektif untuk penyakit yang sulit disembuhkan dengan obat kimia, seperti kanker, tumor, darah tinggi, darah rendah, diabetes, hepatitis, dan stroke.
- Harganya murah, bahkan tidak memakan biaya sama sekali karena bisa ditanam sendiri.
- Jika hasil diagnosis sudah jelas, pengobatan dan perawatan umumnya dapat dilakukan oleh anggota keluarga sendiri tanpa bantuan medis dan sarana laboratoriumnya.
- Merupakan gabungan seluruh bahan aktif yang terdapat pada satu atau beberapa tanaman obat.
- Efeknya lambat, tetapi bersifat stimulan dan konstruktif. Obat herbal kapsul yang dikonsumsi, efeknya baru bisa terasa beberapa hari kemudian (bisa sampai 10 hari kemudian). Bahkan untuk penyakit sedang/berat atau menetap/menahun hasilnya mungkin baru bisa terlihat 1-6 bulan kemudian. Walau perlahan tapi sifatnya konstruktif, misal organ tubuh terkait diperbaiki & diremajakan.
Kelemahan Obat Tradisional
- Efek farmakologisnya lemah.
- Bahan baku obat belum standar.
- Bersifat higroskopis. Zat yang sangat higroskopis akan larut dalam molekul-molekul air yang diserapnya sehingga mudah rusak.
- Umumnya, pengujian bahan-bahan pengobatan tradisional belum sampai tahap uji klinis.
- Mudah tercemar berbagai jenis mikroorganisme
Sejalan
dengan perkembangan industri jamu, obat herbal fitofarmaka dan kosmetika
tradisional, juga mendorong berkembangnya budidaya tanaman obat di
Indonesia. Selama ini upaya penyediaan bahan baku untuk industri obat
tradisional sebagian besar berasal dari tumbuh-tumbuhan yang tumbuh di
alam liar sehingga beberapa jenis mulai langka, atau dibudidayakan dalam
skala kecil di lingkungan sekitar rumah dengan kuantitas dan kualitas
yang kurang memadai. Oleh karena itu perlu dikembangkan aspek budidaya
yang sesuai dengan standar bahan baku obat tradisional agar tanaman obat
Indonesia yang sangat kaya jenisnya ini bisa berkembang dan sejajar
dengan tanaman obat tradisional negara lain yang sudah lebih dahulu go
internasional seperti Cina dan Korea.
Sumber: http://www.bbpp-lembang.info/index.php/arsip/artikel/artikel-pertanian/585-potensi-tanaman-obat-indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar